adsense

Jumat, 06 Mei 2011

Komisi VIII DPR

Assalamu'alaikum wr. wb.

Hari ini banyak media mulai dari media cetak maupun elektronik menanggapi masalah email resmi Komisi VIII DPR. Wakil Ketua DPR mengatakan masalah sepele jangan dibesar-besarkan, itu kan cuma masalah teknis yaitu alamat email.

Tetapi bila dilihat dari keseluruhan, email tersebut memang bukan masalah utama yang perlu dibicarakan secara serius dan para anggota DPR tersebut sudah menuai ribuan komen negatif mulai dari menghina, menyindir, mengajari, menghujat dan komen negatif lainnya.

Yang perlu dibicarakan disini adalah mengenai kunjungan mereka ke Australia yang pada judul awalnya adalah studi banding untuk mengentaskan kemiskinan.

Studi banding ini hanyalah sebuah kebohongan besar yang dilakukan mereka. Saya sebagai rakyat merasa disakiti. Mereka kesana sengaja mencari jadwal pada saat pejabat Australia reses. Mau studi banding sama siapa mereka ? Ternyata pada saat forum dengan PPIA juga dilihat bahwa agenda mereka bertemu dengan pejabat disana tidak ada. Mereka hanya bertemu dengan Pelajar Indonesia di Australia yang seharusnya bisa dilakukan dengan teleconference.

Ini membuktikan bahwa mereka cuma ingin jalan-jalan dengan membawa keluarga mereka, dengan anggaran yang berlebih agar pulang masih ada sisa uang. Disini saya merasa disakiti lagi.

Jadi intinya bukan pada punya tidaknya email resmi, tetapi pada tujuan dan hasil kunjungan dibanding anggaran yang dikeluarkan. Kalo dipikirin makin sakit hati sebagai rakyat.

Kadang-kadang saya berpikir, saya sekolah di Sekolah Dasar, melanjutkan ke SLTP, lalu saya sekolah di SMU. Setelah tamat sekolah saya lanjutkan dengan Kuliah di Perguruan Tinggi. Saya sudah merasakan perbedaan pola pikir dengan diri saya waktu di Sekolah Dasar, Sekolah Menengah dan Sekolah Tinggi. Pendidikan telah merubah pola pikir saya menjadi lebih baik, lebih memperhatikan sesama, lebih teliti dalam mengambil keputusan, membuat saya memiliki rasa tanggung jawab.
Dari sini saya berpikir, kok mereka yang rata-rata duduk di kursi yang terhormat pola pikirnya sama dengan saya yang duduk di bangku SLTP. Disini saya bilang "rata-rata" karena saya melihat ada juga beberapa yang pola pikirnya lebih baik dari saya.

Apakah mereka itu membeli "IJAZAH"? baik yang S1 maupun S2. Karena tidak tercermin pola pikir sarjana atau yang minimal berakhlak mulia.

Yang ada di pikiran mereka adalah "bagaimana cara agar balik modal ditambah keuntungan berkali lipat". Sedih rasanya melihat wakil rakyat yang begini.

Kembali kepada topik awal yang membicarakan email resmi. Jangan lupakan agenda mereka ke Australia untuk apa dan apa hasilnya.

Apakah untuk DPR tidak ada badan pengawas untuk menyaring keperluan ke Luar Negeri ? Ini diperlukan agar uang Negara tidak kecolongan.
Misal, Komisi "Lapan" mau studi banding masalah kemiskinan ke Australia. Disini kan bisa dilihat tingkat kebutuhan studi banding tinggi atau tidak? Jadwal dilihat, kalau disana libur kan tidak bisa studi banding dan seharusnya tidak dikabulkan keberangkatan mereka.

Dimohon kepada LSM atau Lembaga Pengawas untuk mengawasi DPR jangan sampai kecolongan memakai uang Negara untuk hal percuma.

Dari....
Seorang rakyat yang sakit hati atas kelakuan wakilnya

Wassalau'alaikum wr wb.

Tidak ada komentar: